Selasa, 26 Agustus 2008

hutan pegunungan Baturaden

Hutan Pegunungan

1. Kondisi Umum

Wilayah hutan bagian Pemangkuan Hutan Gunung Slamet Barat – KPH Banyumas Timur terletak pada ; 15o Bujur Timur – 20 o 30’ Bujur Timur, 7 o 10’ Lintang Selatan – 7 o 20’ Lintang Selatan. Batas Wilayah Hutan yaitu ; Utara : BKPH Bumi Jawa KPH Pekalongan Barat, Timur : BKPH Gunung Slamet Timur, Selatan : BKPH Jatiwalang dan Barat : BKPH Bumiayu KPH Pekalongan Barat. Luas wilayah pemangkuan hutan bagian kesatuan pemangkuan hutan Gunung Slamet Barat : 14 780,40 ha, terdiri dari :Hutan Lindung : 11.808,5 ha, Hutan Produksi : 2.526,1 ha, Hutan Wisata : 69,3 ha, Kebun Raya : 143,5 ha, Ldti : 127,6 ha, APB : 105,4 ha.

Pembagian Kelas Hutan bagian kesatuan pemangkuan hutan Gunung Slamet Barat adalah KU:1.400,7 ha, THKL: 680,1 ha, HAKL:1.703,6 ha, HL:11.808,5 ha dan TBP:160,2 ha. Pembagian Wilayah Berdasarkan Resort Pemangkuan Hutan adalah Baturraden: 4.872,45 ha, Karanggandul: 5.122,05 ha dan Lebaksiu: 4.785,95 ha.

Pembagian wilayah berdasarkan administratif pemerintah:

1. Kecamatan Kutosari, meliputi desa : Cendana dan Karangjengkol

2. Kecamatan Sumbang, meliputi desa : Limpakawus, Ginda tapa dan Sikapat.

3. Kecamatan Baturraden, meliputi desa : Baturraden, Kemutung Lor, Karangsalam dan Karangmangu.

4. Kecamatan Kedung Banteng, meliputi desa : Medung, Windujaya, Baseh dan Kalisalak.

5. Kecamatan Karanglewat, meliputi desa : Suryalangu.

6. Kecamatan Cilongok, meliputi desa : Sokawera, Gunung Lurah, Sambirata dan Karangtengah.

7. Kecamatan Pekuncen, meliputi desa: Glempang, Pekuncen dan Krajan.

2. Komponen Vegetasi

Hasil analisis vegetasi pada tipe ekosistem hutan pegunungan atas menunjukkan untuk tingkat semai didominasi oleh Wilada merah dengan nilai INP sebesar 50.8%, tingkat pancang didominasi oleh Wilada ijo dengan nilai INP 37.7%, tingkat tiang didominasi oleh Pasang dengan nilai INP sebesar 69.8%dan tingkat pohon didominasi oleh Pasang dengan nilai INP sebesar79.8%. terdapat juga berbagai jenis tumbuhan bawah dimana yang mendominasinya adalah jenis keji beling. Pada hutan pegunungan atas, dapat ditemui anggrek, dan pohon-pohonnya ditumbuhai lumut, serta banyak dijumpai paku-pakuan.

Gambar 6. Vegetasi Hutan Pegunungan Atas

Hasil analisis vegetasi pada tipe ekosistem hutan pegunungan bawah menunjukkan untuk tingkat semai didominasi oleh Tembagan dengan nilai INP sebesar 38.22% tingkat pancang didominasi oleh Jerakah dengan nilai INP 39.61%, tingkat tiang didominasi oleh Tembagan dengan nilai INP sebesar 94.4%, dan tingkat pohon didominasi oleh Pasang dengan nilai INP sebesar 49.8%.

Gambar 7. Vegetasi Hutan Pegunungan Bawah

3. Komponen Satwaliar

pengamatan satwa liar ini dilakukan pada pagi hari sekitar pukul 06.30 waktu setempat dengan tujuan agar suara-suara ataupun satwa-satwa yang ada di hutan ini belum terganggu oleh aktifitas manusia. Jenis-jenis satwaliar yang dapat ditemui pada tipe hutan pegunungan atas adalah dari kelompok aves dan mamalia. Dari kelompok aves terdiri dari Percit (Dicaeum trochileum), Pacetan (Prinia familiaris), Cucak gunung (Pycnonotus bimaculatus), Cipoh (Aegithina tiphia), Kipasan (Rhipidura javanica), Prenjak (Prinia familiaris), Krit gantil, Tangkur tohtor (Megalaima armillaris), Puyuh (Arborophilajavanica), Kacamata (Zosterops palpebrosus), Madu (Aethopygaeximia), Merbah belikar (Pycnonotus plumosus),Bubut jawa (Centropus nigrorufus), Petutut (Megalaima cerunia), Cabai gunung (Dicaeum sanguinolentum), untu jenis burung lainnya sudah terlampir dalam lampiran satwa liar hutan pegunungan atas. Untuk jenis mamalia pada pengamatan ini ditemui musang (Parodoxurus hermaproditus) melalui kotorannya dan lutung kelabu (Presbytis cristata) melalui penglihatan dari pengamat. Jenis satwaliar yang dapat ditemui di hutan pegunungan bawah adalah hampir sama dengan jenis satwa yang ditemukan di hutan pegunungan atas diantaranya Percit (Dicaeum trochileum), Pacetan (Prinia familiaris), Cucak gunung (Pycnonotus bimaculatus), Cipoh (Aegithina tiphia), Kipasan (Rhipidura javanica), Prenjak (Prinia familiaris), Kacamata (Zosterops palpebrosus), elang ular (Spilornis cheela), dan lain-lain. Untuk kelompok mamalia ditemukan bajing (Callosciurus notatus) secara langsung dan lutung kelabu (Presbytis cristata) secara tidak langsung yaitu melalui kotorannya.

4. Kondisi Fisik Lingkungan

Topografi lahan pada hutan pegunungan atas sangat curam. Permukaan tanah banyak ditutupi serasah yang sudah membusuk setebal 1 cm, tanah gembur, warna tanah cokelat kehitaman dengan tekstur liat berpasir, KTK tanah sedang dan pH 6. kondisi suhu di hutan pegunungan atas ini adalah 140C dengan kelembaban rata-rata lebih dari 100%. Hutan pegunungan bawah memiliki topografi yang berbukit-bukit dan lembah dan banyak terdapat jurang yang cukup terjal. Permukaan tanah banyak terdapat serasah yang membusuk, tanah gembur dan berwarna coklat kehitaman, pH tanah sebesar 6 dengan KTK tanah sedang. Suhu udara di lokasi berkisar 17,50C-180C dengan kelembaban berkisar antara 80,5-96%.

5. Sistem Pengelolaan

Wilayah hutan pegunungan Gunung Slamet, Baturraden dikelola oleh PT. Palawi. PT. Palawi (Perhutani Alam Wisata) adalah anak perusahaan Perum Perhutani (BUMN) bergerak dibidang wisata alam serta Tour & Travel, selain itu juga menangani kegiatan ticketing (KA-pesawat), Outdoor Activities (trekking, hikking, outbound act, arung jeram, telusur sungai), dengan lokasi/ unit kerja di Jatim, Jateng, Jabar, Banten (area perum Perhutani) serta tidak menutup area lain sesuai dengan keinginan client.

Berbagai wisata mulai dari loka wisata Baturraden, Pancoran 7, Pancoran 3, telaga sunyi, dan bumi perkemahan menjadi daya tarik pengelolaan wilayah BKPH Banyumas Timur terutama RPH Baturraden.


Gambar 8. Obyek Wisata Pancoran 7

6. Peranan/ Manfaat dan Permasalahan

Hutan pegunungan Gunung Slamet mempunyai tegakan yang cukup rapat. Kondisi ini mengukinkan hutan ini sangat berperan sebagai :

  • Kawasan hutan lindung sehingga mempunyai fungsi menjaga sistem tata air dan tanah.
  • Pencipta iklim mikro dan penyerap karbondioksida yang ada di udara.
  • Berperan bagi satwa liar yaitu untuk mencari makan, untuk berkembang biak dan untuk tempat tinggal.
  • Sebagai daerah wisata, dengan sendirinya kawasan ini dapat digunakan oleh penduduk sekitar untuk mencari nafkah, misalnya dengan cara berjualan souvenir di daerah sekitar tempat wisata dan sebagainya.

Permasalahan yang ada di wilayah ini adalah kondisi fisik yang berbukit, terjal dan mudah longsor sehingga berpotensi terjadi erosi tanah. Selain itu, perburuan berbagai satwa secara illegal telah mengurangi populasi satwa yang endemik dan di lindungi. Oleh karena itu, perlu tindakan preventif untuk mengurangi kegiatan illegal yang ada serta perlu tindakan konservasi yang berkelanjutan dari berbagai pihak yang terkait.

Masalah lain adalah terjadinya penebangan liar yang merusak hutan dan terjadinya insiden jembatan di loka wisata Baturraden yang menyebabkan turunnya tingkat kunjungan ke darah ini baik untuk kegiatan wisata maupun pendakian. Maka perlu ada penyuluhan dan promosi yang lebih gencar agar tingkat kunjungan kembali meningkat.

Tidak ada komentar: